Rabu, 20 Mei 2009

Penghijauan di Bandung tidak Optimal

BANDUNG, (PRLM).-Keberhasilan gerakan penghijauan di Kab. Bandung hanya sekitar 60 persen karena masyarakat kurang memiliki terhadap gerakan tersebut. Masyarakat lebih senang menanam tanaman semusim seperti sayur mayur daripada tanaman keras yang dipanen lima tahun kemudian.

"Bahkan, penanganan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarik yang bernilai Rp 300 miliar termasuk untuk penghijauan dianggap gagal. Dari 30 desa sekitar DAS Citarik yang dulu dihijaukan kini tanaman penghijauannya tersisa 20 persen di lima desa," kata Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kab. Bandung, Ir. Tisna Umaran, dalam pertemuan Gerakan Nasional Kehutanan dan Lingkungan (GNKL) Nahdlatul Ulama (NU) se-Jabar dan Banten, Rabu (18/2).

Acara di Hotel Antik Soreang dihadiri Sekretaris GNKL NU, Gus Imam Pituduh dan Ketua PC NU Kab. Bandung, KH. Amas Mansyur. "Setelah DAS Citarik saat ini akan berjalan projek sama senilai Rp 300 miliar untuk penanganan DAS Cirasea. Apakah nasib projek tersebut sama dengan DAS Citarik?" kata Tisna.

Tingginya tanaman penghijauan yang mati, kata Tisna, juga diakibatkan pasokan bibit dari Bogor sehingga tanaman engalami stres di jalan. "Tanaman stres lalu ditanam di lahan-lahan kritis sehingga banyak yang mati. Alangkah baiknya apabila gerakan penghijauan lahan kritis tidak sekadar membagikan dan menanam pohon, tapi mulai dengan pembibitan yang dikerjakan masyarakat," katanya.

Ditulis Oleh : napallima ~ Napallima Blog

Anda sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Penghijauan di Bandung tidak Optimal,, Semoga artikel tersebut diatas bermanfaat untuk anda semuanya.... Mohon maaf apabila penulisan atau konten dari posting yang anda baca sudah rusak atau terjadi kesalahan. Jika ada pertanyaan silahkan tulis pada kotak komentar.

:: Terima Kasih Telah Berkunjung ! ::

0 comments:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentarnya...