Ujian Konservasi di Lahan Basah

menghadapi ujian terberatnya, bagaimana melestarikan fungsi-fungsi ekologis sekaligus mengangkat kesejahteraan nelayan dan petani setempat. Wetland International mengembangkan konservasi bersama masyarakat di lahan basah di Serang.

Fisiologi Tubuh Di Pegunungan

Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan segala konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan pun jelas akan berubah.

Bahaya Tas Plastik Untuk Hutan Indonesia

Tas plastik yang kita dapatkan sehari-hari dari pasar, warung, atau supermarket ternyata bisa berujung panjang, bahkan membahayakan kelestarian hutan kita.

Fungsi Hutan

Hutan merupakan satu ekosistem yang sangat penting di muka bumi ini, dan sangat mempengaruhi proses alam yang berlangsung di bumi kita ini.

Kenapa Harus Hijau??

Apa artinya menjadi Hijau? Apa artinya menjadi aktivis lingkungan atau lingkungan? Mengapa Anda membeli organik?

Dimensi Etika Dalam Berorganisasi

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa etika merupakan cara bergaul atau berperilaku yang baik.

Selasa, 25 Maret 2008

UPAS

Kemaren tanggal 21 - 23 Maret 2008 Sebagian DPA refreshing ke Ranca Upas untuk mencoba tenda baru..... heehehheheheh

CHRISTINE INGIN KOMPOSTER ANAEROB GENTONG


Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 1 Maret 2008 Foto: Sobirin 2008, Komposter Anaerob Model Jl Alfa Bandung Oleh: Sobirin

Christine pemilik blog http://myblog-christine-christine.blogspot.com/di Semarang ingin mencoba komposter anaerob gentong. Kreativitas kompos-mengompos memang harus terus dikembangkan agar rumah kita zero waste. Model milik saya memang lain, tapi analogi-nya sama dengan keinginan Christine. Tanya jawab lewat email dan blog begini..... Pak, saya sudah niat mau bikin kompos anaerob agar saya tidak lagi membuang sampah organik. Sekarang ini saya masih mencari kuali/ gentong tanah liat yang akan digunakan sebagai wadah. Bagus, pakai drum plastik model Adhi, atau pakai kuali atau gentong seperti keinginan Christine semuanya bisa. Tanpa kuali atau gentong atau drum plastik juga bisa, yaitu seperti model punya saya. Tanah digali 60 cm x 60 cm x 100 cm, seluruh galian langsung tanah, hanya bagian atasnya 1 bata di semen agar tidak runtuh. Tutupnya dengan plat beton tipis. Keterangan mengenai komposter model saya ini ada tertulis dalam artikel di blog ini beberapa waktu yang lalu. Tetapi kalau Christine ingin mencoba dengan gentong, bagus sekali. Analoginya sama dengan model saya. Sementara belum ketemu wadahnya, saya ingin tahu lebih jauh tentang kompos anaerob ini. Sehingga jika nanti wadahnya sudah ada saya bisa langsung mempraktekkannya. Apa sebenarnya arti anaerob? Kalau mau pakai gentong, cari gentong yang ukuran paling tidak 1/2 meter kubik dengan dinding gentong agak tebal, agar tidak mudah pecah bila tersenggol orang. Jangan lupa, cari tutup gentong yang pas dan rapat, bisa memakai cowet tanah (yang untuk membuat sambel) yang ukurannya pas mulut gentong. Proses pengomposan anaerob adalah proses pengomposan tanpa menggunakan oksigen (O2), hasilnya adalah kompos yang mengeluarkan gas metana, CO2 dan senyawa seperti asam organik, berbau, dan sering muncul belatung. Sedangkan proses pengomposan aerob adalah proses pengomposan dengan menggunakan oksigen (O2), hasilnya adalah kompos yang mengeluarkan CO2, uap air, dan panas. Baik aerob maupun anaerob, hasil komposnya sama saja, kualitasnya juga sama saja. Saat akan memulai kompos anaerob, apa yang pertama kali harus saya masukkan ke dalam kuali atau gentong? Tanah? Pasir? Kompos? Dan seberapa banyak?Pertama, masukkan tanah kedalam gentong, kira-kira 1/5 isi gentong. Untuk apa tanah ini? Tanah berfungsi menyerap lindi yang mungkin keluar selama proses berlangsung. Ketika saya memasukkan bahan kompos, apa perlu diaduk? Apakah unsur C/N juga diperhatikan dalam pengomposan ini? Bahan kompos organik apapun dimasukkan saja semuanya. Bisa sayur busuk, bisa nasi basi, bisa sisa kopi atau teh bekas tamu, sisa telur, daging, kulit udang, apapun. Memang sebaiknya ada pengadukan untuk membolak-balik bahan kompos, tidak sesering aduk-mengaduk seperti dalam proses aerob. Bau pasti muncul, hanya sebentar, oleh sebab itu proses aduk mengaduk dilakukan secepatnya, lalu gentong segera ditutup kembali. Jangan lupa tambahkan MOL boleh pekat secukupnya, jangan basah kuyup. Aduk lagi, dan terakhir lapisi dengan tanah setebal 2 cm, untuk menahan bau agar tidak keluar, lalu terakhir tutupkan cowet dimulut gentong. Alat pengaduknya agak lain. Bisa seperti ujung garpu yang agak dibengkokkan, tetapi pegangannya panjang, karena untuk menyesuaikan dengan lebar mulut gentong dan kedalaman gentong. Perkara C/N tidak perlu diperhatikan. Apakah tulang dan duri/ sisik ikan mentah juga bisa dimasukkan? Duri ikan mudah mengurai, tetapi tulang ayam atau tulang sapi sulit mengurai. Tidak apa-apa, masukkan saja, agar sisa-sisa daging yang menempel berproses. Soal tulang yang tidak mengurai biarkan saja, nanti kalau kompos jadi bisa disingkirkan. Kalau sayur basi harus ditiriskan dulu atau tidak? Perlu dipotong kecil-kecil juga? Masukkan saja dengan kuahnya, tidak perlu dipotong-potong, karena sayur basi sudah lunak. Kecuali kalau ada bahan yang ukurannya besar atau lebar, misalnya wortel atau waluh yang tidak terpakai atau daun pisang, perlu juga dipotong kecil-kecil. Untuk sisa nasi, roti, sayur yang tidak mengandung protein sebaiknya dikomposkan dengan cara apa. Aerob atau anaerob? Sisa nasi, roti, sayur yang tidak mengandung protein bisa dikomposkan dengan cara aerob atau anaerob. Bisa cara dua-duanya. Kalau bagian bawah kuali atau gentong tidak berlubang, bagaimana dengan air lindi yg keluar? Apakah bisa menjadikan komposnya ‘becek’? Kalau gentong diberi lubang-lubang kecil di pantatnya, risikonya ada air lindi yang menetes keluar, nanti bisa menjijikkan. Ada dua solusi. Pertama tidak perlu dilubangi, tetapi pada awal sebelum bahan kompos pertama masuk, maka gentong perlu di isi tanah dulu, barang 1/5 isi gentong, seperti dijelaskan di atas. Kedua, bila gentong ingin dilubangi di bagian pantatnya, maka sebaiknya pantat gentong di tanam dalam tanah, hanya pantatnya saja, supaya air lindi yang keluar mengalir keluar berproses langsung dengan tanah. Model yang berlubang ini seperti modelnya Adhi, atau juga dalam skala alam seperti model kepunyaan saya yang langsung berhubungan dengan tanah. Bisa saja proses kompos ini menjadi ‘becek’, tergantung dari bahan yang masuk banyak kandungan cairan atau tidak. Tidak apa-apa. Solusinya bisa dicampurkan dedak beras yang halus (bukan sekam), diaduk saja sampai tidak becek. Pengomposan ini pasti menimbulkan bau kan… terus sebaiknya wadah diletakkan dimana agar tidak mengganggu tetangga sekitar? Kalau gentong tertutup baik dan tidak retak, maka bau tidak akan keluar. Bau akan keluar saat tutup dibuka. Bisa terjadi dinding luar gentong menjadi lembab, tetapi tetap tidak akan bau. Wadah diletakkan di mana saja, taruh dihalaman atau di pojok luar rumah. Gentong bisa dicat warna-warni, ditulisi apa saja, bisa sebagai bagian hiasan di luar rumah. Tetangga sama sekali tidak akan terganggu. Saya memiliki 4 (empat) komposter anaerob dan 1 (satu) komposter aerob tidak ada bau keluar, dan tetangga happy-happy saja. Apakah wadah juga tidak boleh terkena hujan dan sinar matahari langsung? Boleh saja kena hujan, atau kena matahari langsung, tetapi sebaiknya di bawah pohon agar teduh.Sampai wadahnya penuh, butuh berapa lama agar bisa jadi kompos? Wah ini tergantung dari bahan yang dipakai. Tetapi agak lebih lama sedikit dibanding aerob. Ada hal menarik yang perlu disimak. Anehnya gentong anaerob ini akan lama penuhnya, walaupun setiap kali diisi. Kalau penuh, jangan dipaksa, nanti gentong bisa pecah. Tetapi dalam waktu seminggu setelah penuh, bahan kompos menyusut, dan gentong bisa diisi lagi. Demikian seterusnya. Gentong ukuran 1/2 meter kubik ini bisa-bisa baru penuh dalam waktu 6 bulan bahkan 1 tahun. Nah, silahkan setelah itu dipanen. He..he… banyak ya pak pertanyaannya…. Saya kan mesti siap mental dulu sebelum maju perang…. Kalau soal muncul belatung saya sadah biasa…. Tapi kalau timbul bau saya harus belajar mengatasinya dulu, salah-salah nanti saya diprotes orang se-RT…. Selamat mencoba, saya percaya tetangga tidak akan terganggu, asal proses pengerjaannya benar. Kecuali..........gentongnya ketabrak orang lewat, pecah.......dan kompos tumpah ruah.....waaaah baunya bisa layaknya seperti "bom nuklir", terutama kalau komposnya belum jadi karena sedang berproses, baunya menyebar kemana-mana, dan lama hilangnya. Siap-siap saja rumah Christine di-demo tetangga. Sekarang saya mau Tanya soal berkebun ya pak, boleh kan… Boleh! Saya sedang mencoba tanam kangkung dalam pot. Sudah tinggi, 10 cm-an tapi sebagian timbul bintik-bintik putih. Bagaimana cara mengatasinya? Apa bapak juga punya pestisida organik buatan sendiri? Kangkung saya juga pernah mengalami hal serupa. Buru-buru saya bersihkan dengan air pelan-pelan (di-lap pelan-pelan), lalu disemprot dengan air menggunakan alat penyemprot air kecil (yang biasa untuk menyemprot air ke baju yang akan disetrika). Cukup air biasa saja. Tetapi ada juga saya mencontoh teman-teman penghobby tanam-tanaman organik. Yang saya contoh adalah dengan air tembakau (tembakau di tukang rokok yang murahan), airnya disemprotkan. Bisa juga dengan daun sirsak (nangka belanda). Daunnya ditumbuk, campur air, disaring, semprotkan ke daun yang ada hamanya. Banyak kreativitas pestisida organik, ada yang menggunakan daun mimba, daun suren, gadung. Tetapi cari saja yang mudah dan banyak disekitar kita. Udah, cukup segini dulu pak, sebelumnya, terimakasih banyak (Christine). Sama-sama, terimakasih kembali. Jangan takut mencoba-coba, semoga sukses. Saya happy dengan hasil kompos anaerob saya (Sobirin).